"Sejarah ada karena adanya tulisan, dan proses transfer ilmu dan pengetahuan pun terjadi melalui media tulisan. Maka menulislah dan buatlah sejarahmu…!!!"
Merenungi kembali perjalanan hidup Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (Sirah Nabawiyah), trus iseng-iseng bikin timeline ala saya. 😁 Mohon dikoreksi jika ada kesalahan. 🙏
Buku bertema Sirah Nabawiyah bagi saya adalah buku yang tidak membosankan untuk dibaca berulang-ulang. Selalu ada semangat yang muncul dalam diri dan muncul perspektif (sudut pandang) lain setelah membacanya. Kali ini dari sudut pandang pengembangan kapasitas diri (capacity building).
Empat almamater sekaligus destinasi perantauan. Destinasi perantauan pertama adalah Kuningan, trus ke Bandung, berlanjut ke Korea, dan sekarang di Jepang. Total 22 tahun sudah menapaki jalur pendidikan yang tampak berbeda.
Enam tahun pertama bergelut dengan ilmu-ilmu syar’i, baik dari kitab ‘gundul’ maupun ‘gondrong’, dan dari kitab kuning maupun fotokopian. Berlanjut dengan belajar dasar-dasar ilmu alam di Bandung selama 4 tahun. Lanjut dengan mengasah kemampuan berfikir, menganalisa dan memberi kontribusi pada perkembangan dunia sains dan teknologi selama 10 tahun di 3 tempat berbeda, 2 diantaranya kampus dan satu lainnya perusahaan sebagai peneliti (2012-2014).
Walaupun terlihat non-linear dan tidak nyambung, tetapi Alhamdulillah ada banyak pengetahuan termasuk budaya bangsa, bahasa dan teman didapat. Bumi Allah mana lagi yang akan ditapak selanjutnya? Hmmm… まだ わからない,아직 모르겠어. Dimanapun itu dan apapun jadinya nanti, semoga tetap bisa memberikan kontribusi positif untuk umat manusia.
Wahai para Santri. Janganlah berkecil hati karena statusmu sekarang adalah santri. Karena sejarah mengatakan bahwa santri punya kontribusi riil pada kemerdekaan negeri. Maka ke depan santri pun harus memiliki kontribusi pada pembangunan negeri. Baik sektor pembangunan manusia, teknologi, ataupun politik dan ekonomi. Terlepas dari apapun status dan profesimu nanti.
Momen hari ini 4 tahun yang lalu, melakukan perjalanan jauh ke wilayah utara, ke negeri sakura, untuk melanjutkan study jenjang doktoral di bidang nanomaterial. Mengingatkan akan sebuah syair yang dituliskan oleh Imam As-Syafi’i tentang merantau. Begini isi dan terjemahan bebasnya.
Tulisan kali ini dalam rangka melengkapi tulisan tentang perjalanan hidup dalam dunia akademik, mencakup capaian-capaian dan tentunya yang tidak kalah berharganya adalah pelajaran hidup atau hikmah yang terkadung di dalam setiap jejak langkah. Adapun tulisan sebelumnya yang dimaksud adalah: Dua Setengah Tahun di HUFS, Menjadi peneliti di sebuah perusahaan di Korea Selatan, dan 39 bulan di Jepang. Sebetulnya dalam setiap detil episode kehidupan yang dilalui selalui ada hikmah. Tetapi tulisan kali ini hanya mengupas ujung dari setiap episode perjalanan karir akademik (study di luar negeri sekaligus kerja sebagai peneliti). Adapun hikmah-hikmah lainnya dapat dibaca pada tulisan-tulisan yang ada di bawah menu “My Life”.
***
Salah satu cara introspeksi atau muhasabah diri adalah dg menghitung besarnya nilai “delta” (Δ) antara tahun 2016 (awal ke Jepang) dengan sekarang tahun 2020. Sejauh ini yang sudah dipelajari meliputi: jaringan sel syaraf (neural network), lalu rekayasanya yg mencakup bidang kimia (sintesis material, seperti ligand-exchange reaction, inverse micelle, modified Brust-Schiffrin method), fisika (sifat fisis material), elektronika (rangkaian elektronik untuk uji piranti), matematika (permodelan), dan terakhir programming (labview untuk interface rangkaian elektronik dengan komputer dan python untuk pengolahan datanya).
Kebijakan baru pemerintah Jepang. Tapi ini baru akan diberlakukan bulan April tahun depan. Begini cara pemerintah Jepang mendorong warganya untuk menikah (dan memiliki keturunan): dikasih insentif.
Menikah, dapat insentif 600.000 yen atau sekitar 84.5 juta rupiah (kurs 1 yen = 140.91) untuk memulai kehidupan baru. Tentunya syarat dan ketentuan berlaku.
Kebijakan ini melengkapi beberapa kebijakan sebelumnya, yang meliputi: